Pages

Translate

Jumat, 03 Mei 2013

Karna Pemilu Suami-Istri Jadi Beradu

Nik (27) rela menempuh perjalanan panjang Sarawak-Kuala Lumpur-Kelantan demi pulang ke kampung halamannya. Perempuan berjilbab itu rela menghabiskan malam di bandara sendirian, demi 1 tujuan: bisa memberikan suaranya dalam Pilihan Raya Umum ke-13 Malaysia Minggu 5 Mei 2013 besok.

"Ini kali pertamanya saya memilih, rasanya sangat bersemangat," kata dia kepada azra blogger di Bandara LCCT Kuala Lumpur, Sabtu(4/4/2013) dini hari.


Perempuan yang baru setahun menjadi pengajar di daerah pedalaman itu mengatakan, suara pemilih pemula seperti dirinya bisa saja menjadi penentu pemilihan umum kali ini. "Semua berebut suara kami."

Bahkan, sejumlah pihak bersedia menjadi sponsor kepulangan para pemilih muda ke kampung halamannya. Menyediakan transportasi, pakai bus, bahkan pesawat. Semua 'percuma' alias gratis. Namun, ada embel-embelnya, harus memilih partai tertentu.

Tawaran menggiurkan itu ditampik Nik. "Bisa saja kami menipu mereka. Hati orang siapa tahu. Bisa saja di bilik suara, kami memilih yang lain. Tapi, saya memilih pulang sendiri naik pesawat. Bisa-bisa kalau ikut di jalan ada apa-apa."

Meski ia harus merogoh kocek dalam-dalam, yakni 1.000 ringgit atau lebih dari Rp 3 juta, untuk tiket pergi pulang. Jauh lebih mahal dari harga tiket pesawat Jakarta-Kuala Lumpur!

"Banyak yang pulang kampung untuk undi (memilih), harga tiket pesawat mahal. Ini yang termahal yang pernah saya bayar, hari raya pun tak semahal ini."

Namun, mahalnya harga tak lantas jadi penghalang. "Semua orang ingin pulang, ingin memilih. Ingin melihat perubahan, ingin tahu apa yang akan terjadi."

"Bisa Cerai Karena Beda Partai"
Nik mengaku, pemilu kali ini berbeda dengan sebelumnya. Jauh lebih politis. Terutama di kampung-kampung.

"Di kedai kopi pun ada pemisahan. Mana pendukung kerajaan (pemerintah). Mana pembangkang (oposisi)," kata dia. "Bahkan ada kabar suami istri cerai gara-gara beda partai."

Warna pun jadi politis. "Kalau di rumah ada warna biru tua. Dia dianggap mesti pendukung kerajaan. Kalau hijau atau biru muda pasti pembangkang."

Hubungan tetangga, bahkan kerabat bisa merenggang hanya gara-gara berbeda haluan politik. Jejaring sosial pun gaduh dengan isu politik seputar pemilihan umum. "Ramai antar-teman saling komentar bertentangan,"kata dia.

Jadi, Nik pilih partai berkuasa atau pembangkang? "Keluarga saya semua pendukung kerajaan. Saya juga. Mungkin terpengaruh ya.."

Suara Muda Menentukan
Pemilu kali ini memang berbeda dari yang sebelumnya. Sejak Malaysia merdeka 30 Agustus 1957, ini adalah kali pertamanya, kubu pemerintah yang berkuasa-- yang saat ini dipimpin Perdana Menteri Najib Razak bisa saja kalah. Kalaupun menang, tipis.

Lawan utama incumbent tak lain tak bukan adalah Anwar Ibrahim, mantan deputi perdana menteri yang disingkirkan, bahkan sempat dipenjara atas tuduhan korupsi dan sodomi.

Pemilu kali ini, koalisi partai berkuasa ingin membalik prestasi besar yang dibuat Anwar Ibrahim dalam Pemilu 2008 lalu. Saat itu koalisi pemerintah kehilangan 5 dari 13 negara bagian.

Dengan 23 persen pemilih berusia di bawah 30 tahun, 2 juta di antaranya adalah pemilih pemula, pertempuran memperebutkan suara anak muda niscaya terjadi. Partai-partai berusaha menarik simpati mereka.

Selain Nik, ada lagi Vincent Qwan, insinyur berusia 34 tahun yang tinggal di kawasan trendi, Bangsar. Ia mengaku memberikan suaranya dalam pemilu karena menginginkan perubahan. "Aku ingin mengubah pemerintahan," kata dia seperti dimuat VOA News (3/4/2013). "Aku ingin polisi, hakim, bekerja sesuai dengan tugasnya, sesuai dengan peran yang diembannya."

Apapun hasilnya, masa depan pemerintahan negeri jiran ditentukan oleh suara 13,3 juta pemilih pada Minggu besok. Hasil awal pemilihan umum diharapkan akan keluar Senin pagi.



Sumber: http://azragemintang.blogspot.com/2013/05/karna-pemilu-suami-istri-jadi-beradu.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Like™Azra Blogger™Fanspafe Facebook